Mahasiswa seringkali melakukan ‘aksi solidaritas’ yang dijuluki titip absen. Miris memang menjadi kurir absen. Namun sering dianggap tidak setia kawan jika tak mau melaksanakan titip absen. Akibatnya adalah rasa takut ketahuan oleh dosen sepanjang perkuliahan dan merasa tidak enak dengan teman sendiri.
Presensi adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi seorang mahasiswa sebagai penanda awal perjalanan menuju sebuah tujuan akhir kuliah bernama skripsi. Bila presensi tak terpenuhi, maka tidak dapat mengikuti ujian. Imbas dari tidak mengikuti ujian adalah tidak dapat meraih nilai, mendapat nilai buruk. Dan akhirnya mengulang mata kuliah tersebut.
Sebuah tantangan yang sulit untuk memberantasnya. Sebuah trobosan baru di dunia civitas akademika di Universitas Jember. Fakultas Kesehatan Masyarakat menjadi salah satu fakultas yang dilakukan uji coba program ini di akhir bulan Mei 2018 kemarin untuk mengentaskan angka kecurangan ‘titip absen’ sekaligus meringkankan tugas sang dosen dalam mengabsen secara manual.
Melalui aplikasi SFS (Sister For Student) yang dapat di instal di masing-masing android mahasiswa melalui app store atau play store. Cara penggunaannya yaitu dengan scan barcode yang tersedia dimasing-masing ruang kelas kuliah ataupun take picture dari galery. Presensi hanya bisa dilakukan pada saat Hp terhubung pada wifi di setiap ruang kelas. Ungkapan sukacita yng diutarakan oleh Putri, salah satu mahasiswa FKM “Alhamdulillah bisa mengurangi satu hal negatif dalam perkuliahan, yaitu TA” sembari tersenyum.
Menjadi generasi milenial dengan menyadari perubahan teknologi digital. Kita tidak mampu mencegahnya, namun kita bisa mengantispasinya. Dengan terlibat dalam perubahan akan mendorong mahasiswa untuk terus berpikir dan bersikap inovatif. Di Era digital menuntut millenial untuk mandiri dan baik dalam berprilaku.
Sekalipun seorang itu cerdas, jika ia menyepelekan kewajibannya untuk jujur dalam presensi, tetap akan dilabeli sebagai orang yang tak kredibel dan tidak beretika. Kondisi dimana harga diri atau reputasi seorang mahasiswa bisa dengan mudahnya rusak. (Maudyna Saskia)