Beberapa waktu lalu, seorang mahasiswa semester tiga FKM Universitas Jember terpilih sebagai Global Volunteer AISEC. Dalam program ini Dwi Hatma Paramitha (Rara) mendapat kesempatan untuk melakukan pertukaran budaya di Jaipur, India selama enam pekan. Berikut penuturan rara tentang pengalamannya selama di India.

Nama saya Dwi Hatma Paramitha, atau biasa dipanggil Rara. Saya mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember angkatan 2016. Saya berumur 19 tahun dan baru saja menyelesaikan program pertukaran pelajar di India yang diadakan oleh AIESEC, yakni sebuah merupakan organisasi pemuda, non-political, non-profit dan independen untuk mengembangkan kepemimpinan anak muda. AIESEC ada di sekitar 110 negara dan kurang lebih 2000 universitas di dunia.

Pada bulan Agustus – September 2017 lalu saya terpilih sebagai salah satu Global Volunteer, yaitu sebuah program pertukaran dari AIESEC. Tujuan dari program ini adalah untuk mendedikasikan dirinya untuk membagi pengalaman, mengenalkan budaya, membantu sesama dan mengaplikasikan beberapa poin dari SDGs kepada orang-orang di belahan bumi lainnya dalam kegiatan sosial dan pemberdayaan pada daerah atau negara yang masih berkembang. Saya tinggal di Jaipur selama 6 minggu. Sebuah kota yang berada di Rajashtan,  dikenal sebagai Pink City karena beberapa bangunan kunonya berwarna merah muda, seperti City Palace dan Hawa Mahal yang merupakan landmark dari Jaipur.

Berbicara tentang Suistanable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, merupakan agenda global menggantikan Millenium Development Goals (MDGs) yang bertujuan untuk mendorong pembangunan sosial, ekonomi, lingkungan hidup serta berdasarkan hak asasi manusia dan kesetaraan. Terdapat 17 poin SDGs, dimana salah satunya yaitu poin nomor 4 : Quality Education  yang merupakan fokus project saya dalam program AISEC ini.

Project saya bernama Worldview Project. Program ini fokus pada pendidikan di Jaipur, India, agar mahasiswa dapat lebih sadar akan pentingnya SDGs dan memberikan Cross-Cultural Understanding melalui interaksi. Project ini berlokasi di Poornima University. Setiap hari saya berangkat ke Poornima University (PU) untuk memberikan sesi kepada mahasiswa. Jadwal saya adalah dari pukul 10.00 hingga 14.00 waktu India. Satu tim terdiri dari tiga orang, yakni : saya dari Indonesia, dan dua intern lain dari Swedia dan Mesir. Kelas yang kami ajar adalah kelas MBA, BBA, Arsitektur, Hospital Management, Computer Engineering. Saat sesi berlangsung, kami mempersilahkan mereka untuk menanyakan berbagai hal tentang program yang saya jalani, dan tentunya tentang Indonesia. Kami bertukar informasi antara Indonesia dan India, tentang budaya, sistem pendidikan, kehidupan dengan mahasiswa PU. Ini merupakan interaksi yang sangat menyenangkan. Mereka sangat antusias selama sesi berlangsung karena hal itu dapat menambah wawasan mereka serta menambah semangat untuk pergi keluar negeri.

Karena ingin melakukan hal lebih, saya memutuskan untuk bergabung ke dalam project lain bernama Footprints. Footprints Project merupakan project sebuah pendidikan juga, namun program ini fokus pada pengajaran anak-anak. Di Poornima University terdapat komunitas anak-anak kurang mampu berusia 0-14 tahun yang bernama Paatshala. Komunitas yang dibentuk oleh Om Prakash. Beliau pernah menjuarai International Children’s Peace Prize 2006, berkat pengabdiannya untuk anak-anak di India agar mendapatkan hidup yang lebih baik dan pendidikan yang layak.

Footprints project dimulai pada pukul 15.00 waktu India, karena menunggu anak-anak pulang dari sekolah. Setelah itu mereka akan menuju ke PU untuk belajar dan bermain bersama. Kami membagi menjadi empat kelompok berdasarkan usia (0-6, 7-11, 12-14 tahun) untuk memudahkan dalam mengajar. Setiap hari mereka diberi lembaran dengan tingkat kesulitan sesuai umurnya, agar mereka dapat belajar lebih banyak dari yang sekolah berikan.  Kami juga mengajarkan cara berkomunikasi yang baik dan mengajarkan beberapa kosakata sederhana dalam Bahasa Inggris.  Hal ini tentu saja memaksa kami untuk bisa berbahasa Hindi karena anak-anak awalnya tidak dapat berbicara dalam bahasa inggris sedikitpun. Di sisi lain, akhirnya kami mendapat penguasaan bahasa baru meskipun hanya dalam kosakata yang mudah. Project ini berakhir pada pukul 18.00 waktu India, dan bus akan mengantarkan mereka pulang ke desa mereka.

Terlepas dari cerita project yang kami lakukan, saya ingin membagikan cerita tentang interns dan India. Saya tinggal bersama  25 interns dari Mesir, Jerman, Italia, China, Slovakia, Taiwan, Turki, Swedia, Rumania, Polandia, Portugal. saya terhitung interns termuda karena interns lain umumnya  berusia 20 hingga 25 tahun. Alhamdulillah, Saya dapat beradaptasi dengan baik. Para interns sangat peduli satu sama lain. Saya serasa memiliki keluarga baru di India. Di waktu luang, kami ngobrol bersama tentang negara, budaya, makanan dan hal lain yang dimiliki oleh negara masing-masing. Kami sering beraktivaitas bersama-sama. Ikatan kekeluargaan kami begitu kuat hingga saat kembali ke negara masing-masing kami masih saling berhubungan melalui Whatsapp.

Pada pertengahan Agustus lalu, terdapat acara bernama Global Village yaitu acara pentas budaya dari berbagai negara dengan mendirikan stall untuk memamerkan makanan khas, barang-barang unik atau  souvenir serta gambar atau foto tempat-tempat unik di suatu negara. Saya bersama seorang mahasiswa Universitas Indonesia hadir mewakili Stall Indonesia. Kami memamerkan makanan Indonesia seperti Indomie, suwar-suwir, coklat pedas, permen, dan saya secara khusus membawa kain batik khas Jember. Kami juga  mengenakan kebaya sebagai representasi salah satu pakaian wanita tradisional di Indonesia. Banyak pengunjung dari India maupun dari negara lain yang antusias melihat foto tempat-tempat wisata di Indonesia, mereka berharap bisa pergi ke Indonesia suatu hari nanti.

Selama di India saya belajar untuk kuat, mandiri, bertanggung jawab, dan diuji untuk bisa survive. Enam minggu di Jaipur merupakan momen terbaik dalam hidup saya, karena ini pertama kalinya saya keluar negeri dan sendiri. Saya dapat merasakan manfaat besar dari program ini, yaitu mengerti India lebih jauh, mendapatkan banyak teman, wawasan, pengalaman baru, serta memberikan dampak yang bermanfaat pula untuk diri sendiri serta orang-orang sekitar. Saya menyebut ini “Travel with Purpose”.