Pemerintah Daerah Kabupaten Jember menetapkan status (Kejadian Luar Biasa) KLB pada Hepatitis A yang telah mencapai 217 kasus pada 26 Desember 2019 lalu. Sebagian besar pasien yang terjangkit Hepatitis A merupakan dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Walaupun sebelumnya Dinas Kesehatan telah melakukan upaya-upaya seperti kampanye guna mengurangi meningkatnya pasien namun hal tersebut ternyata masih belum dapat mencegah meningkatnya pasien penderita Hepatitis A. Oleh karena itu pada 28 Desember 2019 lalu, Dinas Kesehatan bekerjasama dengan beberapa lembaga termasuk Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember untuk keliling mengunjungi pedagang kaki lima di sekitar kampus Universitas Jember. Serangkaian kegiatan yang dilakukan ialah penyuluhan hingga membagikan brosur, sarung tangan, hand sanitizer dan air bersih kepada para pedagang . Pemilihan lokasi penyuluhan di sekitar kampus Universitas Jember disebabkan karena sebagian besar pasien yang terjangkit Hepatitis A berstatus sebagai mahasiswa aktif pada kampus tersebut.

Sebelum kegiatan dimulai, semua peserta yang hendak ikut berpartisipasi berkumpul dan berkoordinasi terlebih dahulu di Puskesmas Sumbersari yang saat ini ada di Kelurahan Tegal Gede. Dalam koordinasi tersebut peserta-peserta dikelompokkan dalam beberapa tim. Setiap tim mendapatkan tugas untuk melakukan penyuluhan, pembagian brosur, sarung tangan, hand sanitizer, dan air bersih ke lokasi yang berbeda-beda. Lokasi-lokasi yang menjadi target penyuluhan ialah:

  • Jalan Sumatra
  • Jalan Jawa
  • Jalan Kalimantan
  • Jalan Bengawan Solo
  • Jalan Mastrip
  • Jalan Karimata

Sasaran dari kegiatan ini ialah semua pedagang yang berada pada lokasi-lakasi yang telah ditentukan tersebut. Kegiatan dimulai pada pukul 12.30 hingga 17.00 dengan jumlah peserta sebanyak 50 orang. Perserta tersebut berasal dari Tim Gabungan Pemkab Jember (BPDB dan Dinas Kesehatan), Babinsa dan Babinkamtibnas Kecamatan Sumbersari, Kelurahan Sumbersari dan mahasiswa-mahasiswa dari FKM Universitas Jember.

Tidak semua tim mendapatkan respon yang positif dari para pedagang. Salah satu tim yang bertugas di jalan Sumatra mendapatkan penolakan dari pedagang saat akan memberikan penyuluhan dan perlengkapan lainnya seperti sarung tangan, hand sanitizer, dll. Selain itu terdapat beberapa temuan-temuan lainnya yang didapati oleh tim-tim yang bertugas, yaitu:

  • Hampir semua pedagang kaki lima tidak memiliki tempat cuci alat makan dengan air yang mengalir (hanya menggunakan ember untuk mencuci gelas, piring, dll.)
  • Air dalam ember yang digunakan untuk mencuci hanya diganti sebanyak 2-3 kali dalam satu hari.
  • Pada satu tempat berjualan terdapat 2 pedagang dengan jadwal yang berbeda yaitu pedagang yang berjualan mulai pagi sampai sore hari dan pedagang yang berjualan mulai sore sampai malam atau pagi hari.

Walaupun ada tim yang mendapatkan penolakan dari pedagang, kegiatan ini secara keseluruhan berjalan dengan lancar. Kegiatan ini juga didukung oleh 6 ambulans dan 1 Truk Air Bersih BPBD dengan kapasitas skitar 3.000 liter air. Terdapat pedagang yang berbeda di pagi dan malam hari mengakibatkan perlu adanya kegiatan penyuluhan lanjutan untuk para pedagang yang berjualan di malam hari.