Masa remaja merupakan masa yang kritis dalam siklus perkembangan seseorang. Di masa ini banyak terjadi perubahan dalam diri seseorang sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Remaja tidak dapat dikatakan lagi sebagai anak kecil, namun ia juga belum dapat dikatakan sebagai orang dewasa. Masa ini penuh dengan gejolak perubahan baik perubahan biologik, psikologik, maupun perubahan sosial. Dalam keadaan serba tanggung ini seringkali memicu terjadinya konflik antara remaja dengan dirinya sendiri (konflik internal), maupun konflik lingkungan sekitarnya (konflik eksternal). Apabila konflik ini tidak diselesaikan dengan baik maka akan memberikan dampak negatif terhadap perkembangan remaja tersebut di masa mendatang, terutama terhadap pematangan karakternya.

Merespon hal itu FKM Universitasitas Jember mengangkat tema “Kesehatan Mental Remaja” sebagai tema diskusi yang dilaksanakan secara on air dari studio Programma 2 RRI Jember. Pada diskusi yang digelar pada hari selasa 20 Maret 2018 lalu, FKM Universitas Jember menurunkan tim yang terdiri atas Mury Ririanty dan Afif Hamdalah yang merupakan dosen Bagian Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku (PKIP). Keduanya dibantu oleh seorang mahasiswa peminatan PKIP (Sri Purwandari) yang juga merupakan penggiat Kuping Mas.

Menurut Bu Mury, Masa remaja adalah masa yang ditandai oleh adanya perkembangan yang pesat dari aspek biologik, psikologik, dan juga sosialnya. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya berbagai disharmonisasi yang membutuhkan penyeimbangan sehingga remaja dapat mencapai taraf perkembangan psikososial yang matang dan adekuat sesuai dengan tingkat usianya. Kondisi ini sangat bervariasi antar remaja dan menunjukkan perbedaan yang bersifat individual, sehingga setiap remaja diharapkan mampu menyesuaikan diri mereka dengan tuntutan lingkungannya.

Ada tiga faktor yang berperan dalam hal tersebut, yaitu;

  1. Faktor individu yaitu kematangan otak dan konstitusi genetik (antara lain temperamen).
  2. Faktor pola asuh orangtua di masa anak dan pra-remaja.
  3. Faktor lingkungan yaitu kehidupan keluarga, budaya lokal, dan budaya asing.

Sementara Bapak Afif melanjutkan, bahwa Perilaku berisiko tinggi yang dilakukan remaja perlu dicermati dengan bijaksana karena di satu pihak dapat merupakan perilaku sesaat tapi juga dapat pula merupakan pola perilaku yan terus menerus yang dapat membahayakan diri, orang lain maupun lingkungan. Untuk itu diperlukan suatu cara pendekatan yang komprehensif dari semua pihak baik orang tua, guru maupun masyarakat sekitar agar memahami perkembangan jiwa remaja dengan harapan masalah remaja dapat tertanggulangi.

Dialog yang digelar pada pukul 08.00-09.00 ini memang menargetkan pendengar pada kisaran usia 15-24 tahun. Melalui siaran ini dihaharapkan memberi tambahan wawasan bagi masyarakat tentang problematika remaja dan solusinya dalam perspektif kesehatan masyarakat.